jump to navigation

Usut tuntas kasus penembakan terhadap nelayan di Kepulauan Walea! Agustus 29, 2010

Posted by walhisultengnews in KAMPANYE WALHI SULAWESI TENGAH.
trackback

PERNYATAAN SIKAP

PERHIMPUNAN RAKYAT PEKERJA

Nomor: 269/PS/KP-PRP/e/VIII/10

Usut tuntas kasus penembakan terhadap nelayan di Kepulauan Walea!

Neoliberalisme semakin menyingkirkan rakyat!

Salam rakyat pekerja,

Citra Kepolisian RI sebagai pengayom masyarakat kembali tercoreng. Demi kenyamanan para pemilik modal, Kepolisian Indonesia rela dan tega untuk membunuh rakyatnya sendiri. Hal ini yang terjadi di Kepulauan Walea, Sulawesi Tengah. Seorang nelayan warga Desa Tanjung Jepara, Banggai yang bernama Robby, berusia 14 tahun, tewas di tempat karena kepalanya tertembus peluru seorang aparat kepolisian dari Satuan Pengamanan Kota (Samapta) Walea Kabupaten Tojo Una-una.

Hal ini bermula ketika beberapa nelayan dari Desa Tanjung Jepara, Kecamatan Pagimana, Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah hendak mencari ikan di Kepulauan Walea pada tanggal 22 Agustus 2010 lalu. Rombongan nelayan ini kemudian harus menginap di suatu pulau di Kepulauan Walea karena mendapatkan izin dari Kepolisian setempat. Setelah mendapatkan izin dari Kapolsek Dolong untuk melakukan penangkapan ikan, maka nelayan-nelayan tersebut mulai menjalankan misinya untuk mencari ikan. Izin yang diberikan oleh Kapolsek adalah selama 2 hari dan didampingi oleh seorang anggota TNI yang bernama Komda Rusdi Mou.

Namun selang 3 jam, saat rombongan nelayan sedang melakukan aktivitas penangkapan ikan, kapal mereka kemudian didatangi sebuah speedboat yang ditumpangi oleh 2 aparat kepolisian dari Polsek Walea Besar. Kedua aparat kepolisian tersebut menggunakan speedboat dari PT Walea (sebuah perusahaan asing yang mengelola tempat wisata) di daerah tersebut. Speedboat yang mereka tumpangi berusaha mengejar, namun salah seorang aparat kepolisian tersebut mengacungkan senjata laras panjang. Tanpa memberikan tembakan peringatan, polisi tersebut kemudian menembakkan senjatanya ke kapal nelayan. Seorang nelayan yang bernama Robby langsung tersungkur bersimbah darah, karena peluru tersebut menembus kepalanya. Setelah penembakan tersebut, speedboat tersebut kemudian bergegas kembali menuju PT Walea, namun tanpa melihat kondisi kapal nelayan yang mereka tembak tersebut.

Namun setelah kejadian tersebut dilaporkan oleh keluarga korban ke pihak kepolisian, hingga saat ini tidak ada satupun tindakan dari Polsek Pagimana untuk menindak aparat kepolisian yang telah membunuh nelayan yang berusia 14 tahun tersebut. Pihak kepolisian juga tidak pernah datang untuk bertemu dengan keluarga korban. Pihak kepolisian hanya menitipkan uang duka untuk keluarga korban. Pengusutan yang dilakukan oleh pihak kepolisian Pagimana hanya menanyakan 7 orang saksi yang berada dalam satu kapal dengan korban melalui layanan pesan singkat/sms.

Hal ini kemudian menjelaskan beberapa hal. Pertama, aparat kepolisian memang digunakan jasanya untuk menjadi tameng atau anjing penjaga perusahaan asing yang bernama PT Walea. Aktivitas pencarian ikan yang dilakukan oleh para nelayan di Kepulauan Walea, yang juga dijadikan daerah wisata oleh PT Walea, tentunya telah mengganggu kenyamanan “usaha” PT Walea. Karena terganggu kenyamanannya, maka PT Walea meminta aparat kepolisian untuk mengusir para nelayan. Namun pengusiran yang dilakukan oleh aparat kepolisian akhirnya menyebabkan kematian bagi seorang nelayan.

Kedua, tindakan pengusutan yang dilakukan oleh pihak kepolisian menunjukkan, bahwa aparat kepolisian tidak ingin mengusut tuntas kasus ini. Hal ini tentu saja akan menyebabkan PT Walea tersangkut dalam kasus ini, karena penembakan terhadap nelayan tersebut menggunakan speedboat milik PT Walea.

Ketiga, peristiwa di atas semakin memperjelas bahwa neoliberalisme semakin mencekik, menyingkirkan, memiskinkan, dan bahkan membunuh para rakyat pekerja. Demi pengerukan keuntungan bagi para pemilik modal, maka mereka tidak segan-segan untuk membunuh rakyat pekerja yang menganggu kenyamanannya.

Berdasarkan fakta kases di atas, kami dari Perhimpunan Rakyat Pekerja menyatakan sikap:

Mengutuk penembakan dan pembunuhan yang dilakukan oleh aparat kepolisian dari Samapta Walea Kabupaten Tojo Una-una.

Mendesak dilakukannya pengusutan secara tuntas kasus penembakan terhadap nelayan warga Desa Tanjung Jepara, Kecamatan Pagimana tersebut, yang terjadi di lokasi wisata Kepulauan Walea.

Selama aparat penyelenggara negara bertekuk lutut di bawah kekuasaan pemilik modal, maka kekerasan yang dilakukan oleh aparat penyelenggara negara akan terus berlangsung. Peristiwa yang terjadi di Kepulauan Walea tersebut bukanlah kejadian pertama kali yang dilakukan oleh aparat keamanan, demi memberikan keamanan dan kenyamanan kepada para pemilik modal.

Neoliberalisme telah terbukti gagal dalam mensejahterakan rakyat, dan hanya dengan SOSIALISME lah maka rakyat pekerja akan sejahtera

Jakarta, 28 Agustus 2010

Komite Pusat

Perhimpunan Rakyat Pekerja

(KP-PRP)

ttd.
Ketua Nasional
(Anwar Ma’ruf)

ttd.
Sekretaris Jenderal
(Rendro Prayogo)

Komentar»

No comments yet — be the first.

Tinggalkan komentar